Postingan

MOHAMMAD NATSIR: ISLAM SEBAGAI DASAR NEGARA

Pemikiran Mohammad Natsir yang masih terus diperbincangkan hingga kini adalah mengenai dasar negara RI yg pernah diperjuangkan semasa Orde Lama memalui alat perjuangan mereka yaitu Masyumi di Parlemen dalam sidang konstituante. Pak Natsir sebagai salah satu dari perwakilan golongan Islam mengajukan gagasan tentang dasar negara, yang menghendaki agar Islam dijadikan sebagai dasar negara. (Lihat Partai Bulan Bintang sebagai partai agama, hlm. 127) Sebab menurut Pak Natsir, UUD sebagai dasar bernegara, haruslah berakar dari dalam kalbu,  dalam fikiran, dalam perasaan dan kepercayaan,  serta falsafah hidup rakyat. Bagi Pak Natsir,  agama tdk bisa dipisahkan dari negara. Ia menganggap bahwa urusan kenegaraan adalah bagian yg integral dgn risalah Islam. Sebagaimana kaum Muslimin mempunyai falsafah hidup (pandangan hidup) maka begitu pula kaum Kristen, fasis atau pun komunis juga memiliki pandangan hidupnya. Pak Natsir kemudian berhujjah dgn ayat Al-qur'an yg dianggap sebagai dasar ideo

MEMAHAMI PERSPEKTIF KAUM FEMINIS DALAM MENILAI GENDER

Problematika perempuan menurut kaum feminis, berawal dari keprihatinan mereka terhadap cara pandang teologis dalam memposisikan kaum perempuan, baik di ruang publik mau pun dalam institusi keluarga.  Cara pandang ini menurut mereka, berakar dari teologi maskulin yang bersifat patriarki. Pemahaman terhadap doktrin agama yang bersifat Sami'na wa Atho'na, juga di anggap semakin memperparah pemikiran ummat. Yang kemudian mengakibatkan posisi teologis di artikulasikan oleh ulama-ulama Islam kedalam dua tema, yaitu "reaktualisasi" dan "rekonstruksi" di dalam membangun konstruk masyarakat dan peradaban. Bagi kaum feminis, mereka setuju bahwa perbedaan seksual antara wanita dan pria, adalah merupakan pemberian dari Tuhan. Akan tetapi membedakan wanita dan pria dalam hal fungsi, peran, hak dan kewajiban di dalam ruang publik dan keluarga, adalah sebuah kesalahan. Sebab bagi kaum feminis, terbentuknya perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan dari sisi peran,

"HARAM"NYA POLITIK DAN PEMILU. NAMUN SIAPA YANG TERPILIH DARINYA, MAKA WAJIB UNTUK DI TAATI.

Oleh: Tiar Garusu Sejak awal sekitar pada tahun 1950-1960an antara politik dan Islam di Indonesia tidak bisa menyatu. Hal ini dikarenakan seringnya didengungkan sebuah fatwa oleh para kiai dan ulama yang anti politik. Mereka memandang bahwa politik itu najis dan tidak boleh berdekatan dengan agama yang menurut pandangan mreka bahwa Islam itu suci. Sehingga tidak mengherankan jika politik diharamkan oleh para ulama bagi umat Islam pada saat itu. Selain itu pula, salah satu pengharaman dan penajisan politik tak lain karena dalam pandangan umum mereka, bahwa politik itu sama saja dengan melakukan tumbal bagi kebohongan untuk mendapat legitimasi dan pengaruh publik dengan cara-cara yang curang dan licik. Bahkan politik itu diibaratkan dengan membelah bambu, satu diinjak dan satunya diangkat. Sungguh tragis! Melihat perjalanan antara Islam dan politik di Indonesia yang seakan berbenturan itu, seorang orientalis berkebangsaan Belanda, Martin Van Bruinessen mencoba untuk mengkaji dan menel

JUMUD

Bagi kaum tradisionalis Islam, pintu ijtihad telah tertutup disebabkan kefahaman yang salah dalam menilai, bahwa pandangan dari ijtihad ulama-ulama terdahulu telah mencukupi seluruhnya, tanpa mau melihat lagi kepada kenyataan zaman yang terus berkembang dan berubah-ubah, serta dengan berbagai permasalahan kontemporer yang terus ditimbulkannya. Sebagaimana satu kisah (sebagai contoh kasus), bahwa dahulu pernah KH. Ahmad Dahlan dikatakan 'kafir' oleh kaum tradisionalis lantaran beliau menggunakan meja dan kursi dalam memberi pelajaran kepada murid-muridnya, akibatnya beliau dianggap tasyabbuh terhadap sekolah-sekolah kafir Belanda. Sikap dari gaya beragama kaum tradisionalis seperti itu, hampir mirip dengan cara dan gaya beragama kaum khatolik diabad kelima belas, yang dimana gereja mencoba mengkungkung kebebasan berfikir masyarakatnya untuk mencapai kemajuan dan perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Islam adalah agama kemajuan, agama yang membawa peradaban yang tinggi  yang be

KEMBALI KEPADA AL-QUR'AN DAN SUNNAH

OLEH: TIAR GARUSU FILSAFAT Sparta dikenal sebagai kota atletis, pamer keindahan tubuh menjadi budaya kebanggaannya. Segudang cendekiawan, sastrawan, filosof-filosof besar, dan pemikir-pemikir kenamaan hadir disana. Akan tetapi kehadiran mereka tidak mampu merubah masyarakat Yunani pada umumnya. Namun demikian, karya-karya fikir Aristoteles, Plato dan lain-lain masih dianggap kokoh oleh para intelektual eropa pada era modern. Akan tetapi memasuki era post-modern, saat orang-orang barat itu sudah mulai melepaskan fisafat-filsafat klasik yunani yang dianggap individualistik, justeru ummat Islam malah mulai mengaguminya. Rupanya mereka tidak menyadari, pribadi Muhammad dengan risalah yang dibawahnya jauh lebih ampuh dan realistis dibanding dgn filsafat yang dihasilkan oleh filsuf-filsuf yunani. Jika banyak filsuf masih berspekulasi tentang asal mula dan masa depan kehidupan, maka Islam sdh memberikan ilmu yg jelas dan tdk spekulatif. Asal usul manusia sdh sangat jelas, yaitu berasal d

HUMANISME DAN MISTISISME

Membaca pengalaman puncak Maslow, kita akan melihat sisi humanistik yang begitu kuat. Bahwa kebutuhan-kebutuhan agar terpenuhinya ketenangan jiwa bagi manusia, hanya akan dapat dicapai dgn pemuasan materi belaka melalui pengalaman empiris semata. Adapun sebaliknya, pengalaman puncak sufistik jika kita telusuri, justeru kebalikan dari teori pengalaman puncak maslow. Sufi yang cenderung mistisisme beranggapan, ketenangan jiwa hanya akan didapatkan ketika menanggalkan keduniaan sepenuhnya, acuh dengannya, demi menikmati suasana ekstase bersama Tuhan. Dan Jalaluddin Rumi dalam tarian dzikirnya (shema) yang sangat terkenal itu, mencoba mengekspresikan hal itu. Sehingga tak jarang Tuhan itu sendiri dipersepsikan menyatu kedalam diri para sufi. Olehnya, ada dua kutub ekstrim didalam memandang pemenuhan kebutuhan hajat hidup manusia, baik itu yang berdasarkan semata-mata kepada humanistik, maupun kecenderungan yang berlebih terhadap kebutuhan kepada sesuatu yang mistik. Adapun sejatinya Isl

AGAMA BAGI MANUSIA BARAT

Setiap manusia memiliki naluri dasar untuk meyakini adanya eksistensi yang gaib, yaitu Tuhan. Sehingga dengannya, manusia memasrahkan dirinya untuk meyakini adanya kekuatan yang Maha lain, dan itu adalah naluri alamiah. Manusia meyakini adanya eksistensi Tuhan krn berhutang kehidupan dan akan kembali kepadaNya. Olehnya, dari rasa keberhutangan dan ketergantungan inilah manusia akan membayarnya dgn tunduk dan patuh, melalui satu konsep pandangan hidup yang disebut dgn Agama. Kecenderungan tabiat manusia untuk beragama, kemudian oleh Barat dipandang sebagai sesuatu yg sia-sia belaka. Sebagaimana kata Sigmund Freud, orang yg beragama ibarat sedang mengulang masa kecilnya; menurutnya, agama hanyalah ilusi belaka. Dan Karl Marx memandang agama sebagai orang yg putus harapan krn tdk mampu menghadapi kehidupan, hanya membuat orang mengerjakan sesuatu yg tdk berguna. Dan yang paling ekstrim dari pandangan Marx mengenai agama, bahwa agama hanyalah menjadi Candu Bagi Masyarakat. Pandangan bara