HUMANISME DAN MISTISISME
Membaca pengalaman puncak Maslow, kita akan melihat sisi humanistik yang begitu kuat. Bahwa kebutuhan-kebutuhan agar terpenuhinya ketenangan jiwa bagi manusia, hanya akan dapat dicapai dgn pemuasan materi belaka melalui pengalaman empiris semata.
Adapun sebaliknya, pengalaman puncak sufistik jika kita telusuri, justeru kebalikan dari teori pengalaman puncak maslow. Sufi yang cenderung mistisisme beranggapan, ketenangan jiwa hanya akan didapatkan ketika menanggalkan keduniaan sepenuhnya, acuh dengannya, demi menikmati suasana ekstase bersama Tuhan. Dan Jalaluddin Rumi dalam tarian dzikirnya (shema) yang sangat terkenal itu, mencoba mengekspresikan hal itu. Sehingga tak jarang Tuhan itu sendiri dipersepsikan menyatu kedalam diri para sufi.
Olehnya, ada dua kutub ekstrim didalam memandang pemenuhan kebutuhan hajat hidup manusia, baik itu yang berdasarkan semata-mata kepada humanistik, maupun kecenderungan yang berlebih terhadap kebutuhan kepada sesuatu yang mistik.
Adapun sejatinya Islam, ia tak mendikotomikan keduanya, sebab keduanya dalam pandangan Islam terintegrasikan. Materi yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia didalam mendekatkan diri kepada Tuhannya agar mampu mencapai pengalaman puncaknya denganNya.
Komentar
Posting Komentar