TUNDUK PADA MASYARAKAT DAN BUDAYA YANG DIHASILKANNYA
Oleh: Tiar Garusu
Sering kita jumpai seseorang mengatakan bahwa apa pun ajaran Allah dan Rasul-Nya, hal-hal tertentu yang sudah tertradisi di masyarakat juga tidak bisa ditinggalkan karena seudah diikuti sejak masa nenek moyang. Maka orang seperti ini juga termasuk munafik, sekalipun didahinya nampak bekas hitan karena lamanya bersujud dalam sholat dan sekalipun wajahnya memperlihatkan ke shalehan. Akan tetapi spirit Islam tidak melekat didalam hatinya.
Islam bukan saja hanya sekedar ruku, sujud, puasa atau haji. Dan Islam bukan hanya terletak pada muka atau pakaian seseorang. Melainkan Islam adalah bermakna patuh dan pasrah secara totalitas kepada Allah dan tunduk dgn apa yang dibawah oleh Rasul-Nya. Orang-orang yang menolak untuk mematuhi Allah ta'ala dalam persoalan-persoalan kehidupan, dan tidak mengambil Islam semata-mata untuk dijadikan sebagai landasan bagi pandangan hidupnya, maka orang-orang tersebut sama sekali tidak berhati Islam.
Islam tidak lain kecuali eksklusifitas manusia dalam kepatuhan total kepada Allah. Seseorang sejatinya bukanlah hamba bagi dirinya sendiri, nenek moyangnya, keluarganya, bangsanya atau abdi penguasa, kyai, syeikh, uang, atau yg lainnya. Melainkan manusia adalah abdi bagi Allah ta'ala.
Satu prinsip yang fundamental coba saya jelaskan dan tegaskan disini. Bahwa agama yang benar berarti kepatuhan dan ketundukan secara total kepada Allah ta'ala. Menyembah Allah bukan berarti semata-mata kita hanya tunduk kepadanya dgn melaksanakan lima kali sehari, akan tetapi lebih dari itu, ia justeru mencakup segala yang di tuntunkanNya harus kita laksanakan setiap saat. Dan kita juga harus menjauhi apa yang dilarangNya serta melaksanakan apa yang diperintahkanNya.
Dalam setiap aspek, segala perintahNya harus dilaksanakan. Dan jangan sekali-kali mengambil keputusan atas dasar hawa nafsu, akal pribadi, tradisi nenek moyang, adat istiadat, kata kyai, profesor atau saran dari orang-orang tertentu sebagai alternatif lain bagi ajaran atau syariat Allah ta'ala. Jika demikian, maka berarti kita telah memberikan kepada semua hal-hal yang telah kita sebutkan sebelumnya tadi, status ketuhanan yang sebenarnya hanya semata-mata milik bagi Allah ta'ala.
Komentar
Posting Komentar