SEMUA SAMA DI MATA DEMOKRASI NAMUN TIDAK DIDALAM ISLAM

Di alam demokrasi, suara orang awam dan suara orang yang ahli, sama-sama terhitung satu di dalam hal untuk memilih pemimpin. Maka dari itu, akan muncul pertanyaan, bagaimana bisa seorang yang awam, dapat disamakan derajatnya degan orang yang ahli?

Dalam Islam, manusia itu memiliki derajat yang berbeda-beda, bukan karena Islam tidak berlaku adil, justru dengan membedakan derajat manusia itulah menunjukkan keadilan Islam. Tentu bagi orang muslim yang bertaqwa, akan berbeda derajatnya dengan orang kafir. Maka, begitu pula dalam hal ilmu, manusia dibedakan derajatnya melalui kapasitas keilmuannya, ada yang jahil dan ada pula yg alim.

Dari kesemua perbedaan derajat manusia itu terjadi, bukan karna hasil dari bawaan lahir, akan tetapi dari hasil sebuah proses serta usaha yang dilakukan oleh manusia itu sendiri untuk mengupgrade dirinya.

Dahulu misalnya, ketika bangsa Yunani di Athena menerapkan sistem Demokrasi, orang-orang semisal Aristoteles sudah mengkritisi sistem dan konsep Demokrasi ini. Menurutnya, bagaimana bisa suara orang yg berpengetahuan dapat disamakan dengan suara orang jahil di dalam hal memilih pemimpin, yang mana pemimpin yang akan dipilih itu bukan untuk urusan yang sepele. Sebab pemimpin yang akan dipilih, nantinya akan mengurusi hajat hidup orang banyak. Dan bukankah dalam urusan memilih pemimpinan harus jeli, dan kejelian itu tidak lah didapatkan melainkan harus dgn di pilih dari orang-orang yang memang berkompeten dibidangnya?

Olehnya, itu mengapa dahulu di athena muncul satu sistem yang disebut aristokrasi, sebagai bentuk anti-tesis dari konsep demokrasi tsb. Aristokrasi sendiri adalah satu sistem atau konsep yang tujuannya untuk memilih pemimpin dgn hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memang mempuni dibidang tersebut.

Sebab pada dasarnya, dan ini sudah menjadi keharusan, bahwa tidak semua orang dapat dan bisa melakukan hal tsb. Mesti ada pengklasifikasian bagi siapa yang dapat memutuskan suatu persoalan, sebab derajat manusia didalam ilmu pun berbeda-beda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AL INSANU HAYAWANUN NATHIQ

MOHAMMAD NATSIR: ISLAM SEBAGAI DASAR NEGARA

BUAH MANIS DARI TEGAKNYA TAUHID