Menjaga Kemurnian Tauhid

Oleh: Al Ustadz Taufiq Rahman, Lc -hafidzahullah-

Imam al-Bukhary dan Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah Ummul Mukminin dan Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhum, bahwasannya mereka berdua berkata :

“Menjelang wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau menutupkan kain ke wajahnya. Jika merasa agak ringan, beliau menyingkap kain tersebut dari wajahnya. Beliau bersabda dalam keadaan demikian :

‘Semoga laknat Allah untuk orang-orang Yahudi dan Nasrani. Mereka telah menjadikan kubur-kubur para nabi mereka sebagai tempat ibadah’; beliau memperingatkan (umatnya) dari apa yang mereka perbuat”. (Terjemah HR. al-Bukhary dan Muslim)

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata :

“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sakit, sebagian istri-istrinya menyebutkan tentang sebuah gereja di negeri Habasyah yang disebut : Maria. Ummu Salamah dan Ummu Habibah dahulu pernah mendatangi negeri Habasyah. Mereka pun menyebutkan tentang keindahannya dan juga gambar-gambar/ patung-patungnya…”

Aisyah berkata : “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kepalanya dan bersabda : ‘Mereka itu adalah suatu kaum yang jika meninggal seorang tokohnya, maka mereka akan membangun tempat ibadah diatas kuburnya, kemudian mereka membuatkan gambar-gambar/ patung-patung tersebut. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk di sisi Allah pada hari Kiamat nanti’.” (Terjemah HR. al-Bukhary dan Muslim)

Itulah sebuah wasiat yang tulus, yang dengannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpisah dari sahabat-sahabatnya. Walaupun berat penderitaan dan sakit yang beliau rasakan, namun beliau terus-menerus berwasiat dengan wasiat tersebut, sebagai bentuk kasih sayangnya kepada umatnya dan kekhawatirannya kalau umatnya harus terjerumus kepada penyimpangan sebagaimana umat-umat terdahulu.

Pada detik-detik terakhir kehidupannya, yang menjadi obsesi terbesar beliau adalah memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya tentang tauhid; menjaga tauhid dari segala macam bentuk kesyirikan dan bid’ah, dan memperingatkan umat dari berbagai macam bentuk penyimpangan dan pengagungan yang berlebihan kepada selain Allah.

Allah ‘azza wa jalla memerintahkan para hamba untuk bertauhid dengan tauhid yang murni, bersih dari segala noda-noda kesyirikan dan bid’ah. Allah Ta’ala berfirman :

وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء

“Dan mereka tidak diperintahkan melainkan untuk memurnikan agama semata-mata untuk-Nya…”. (Terjemah QS. Al Bayyinah : 5)

Allah juga berfirman :

قل إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين

“Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku untuk Allah Rabb semesta alam”. (Terjemah QS. Al An’am : 162)

Persoalan tauhid adalah persoalan yang sangat penting dan paling mulia dalam agama ini. Para rasul telah datang silih berganti untuk menjelaskan dan mendakwahi manusia kepadanya. Allah Ta’ala berfirman :

وما أرسلنا من قبلك من رسول إلا نوحي إليه أنه لا إله إلا أنا فاعبدون

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tiada ilaah (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah oleh kamu sekalian akan Aku”. (Terjemah QS. 21 : 25).

Karena itulah kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dipenuhi dengan seruan kepada tauhid dan peringatan akan bahaya kesyirikan serta berlepas diri dari para pelaku kesyirikan. Beliau mengajarkan para sahabat batasan-batasan dan kaedah-kaedahnya. Beliau pernah berkata kepada Mu’adz :

“Wahai Mu’adz, apakah engkau tahu apakah hak Allah atas para hamba dan hak para hamba dari Allah?”

Mu’adz menjawab : Allah dan rasul-Nya lebih tahu!

Beliau bersabda : “Sesungguhnya hak Allah atas para hamba adalah mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan hak para hamba dari Allah adalah Dia tidak akan menyiksa orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun” (Terjemah HR. al Bukhary dan Muslim)

Ketika mengutus Mu’adz ke negeri Yaman, beliau juga berpesan untuk mendakwahkan tauhid sebagai misi pertama dan utama sebelum rukun-rukun Islam yang lainnya. (Diriwayatkan juga oleh al Bukhary dan Muslim).

Beliau juga mengutus para sahabatnya untuk menghancurkan benteng-benteng kesyirikan dan paganisme. Diriwayatkan dari Abul Hayyaj al-Asady, ia berkata : Ali bin Abi Thalib berkata kepadaku : “Maukah aku mengutusmu dengan apa yang dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengutusku; ‘Janganlah engkau membiarkan sebuah patung melainkan engkau hancurkan dan tidak pula kubur yang tinggi melainkan engkau ratakan’.” (Terjemah HR. Muslim).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat antusias untuk menghancurkan segala bentuk kesyirikan dan menutup pintu-pintunya. Karena itulah beliau dalam hadits-hadits yang shahih melarang untuk meninggikan kuburan, membangun diatas kuburan, mengapurnya, shalat di sisinya, menjadikannya sebagai tempat perayaan, menyalakan pelita padanya dan lain-lain dari perkara-perkara yang bisa mengantarkan kepada pengagungan dan sikap berlebihan terhadap para penghuni kubur tersebut (biasanya dengan dalih orang saleh atau wali Allah)

Hanya kepada Allah kita memohon untuk menyelamatkan umat ini dari bahaya kesyirikan yang banyak terjadi di sekeliling kita.

Sumber: Al-Fityah 16 November 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AL INSANU HAYAWANUN NATHIQ

BUAH MANIS DARI TEGAKNYA TAUHID

KEMBALI KEPADA AL-QUR'AN DAN SUNNAH